Search This Blog

Eksistensi Kuttab dalam Sistem Pendidikan Islam

Salam cerdas.....

Kuttab atau maktab, berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam Kuttab telah ada di negeri Arab, walaupun belum banyak dikenal. Di antara penduduk Makkah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab ialah Sufyan Ibnu Umaiyah Ibnu Abdu Syams, dan Abu Qais Ibnu Abdi Manaf Zuhroh Ibnu Kilat. Keduanya mempelajarinya di negeri Hirah. Karena tulis baca semakin terasa perlu, maka kuttab sebagai tempat belajar menulis dan membaca, terutama bagi anak-anak, berkembang dengan pesat. Pada mulanya, di awal perkembangan Islam, kuttab tersebut dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, dan yang diajarkan adalah semata-mata menulis dan membaca. Sedangkan yang ditulis/dibaca adalah syair-syair yang terkenal pada masanya.

Dalam hal ini, Ahmad Syalabi dalam Sejarah Pendidikan Islam, memberikan penjelasan sebagai berikut: “Bahwa mengajarkan menulis dan membaca dewasa itu adalah salah satu dari pekerjaan kaum Zimmi dan tawanan-tawanan Perang Badar. Orang-orang itu tentu saja tidak ada hubungannya dengan Al-Qur’an al-Karim, juga dengan agama Islam. Zaman ini disambung lagi dengan zaman yang datang kemudian yang juga di masa itu pekerjaan mengajarkan, menuliskan dan membaca itu adalah dikenal  sebagai pekerjaan kaum Zimmi. Adapaun kaum muslimin yang telah belajar menulis dan membaca, banyak pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting memerlukan tenaga mereka.

Para sahabat yang bertugas sebagai guru di surau tersebut ialah Abdullah bin Rawalah, Ubaidah bin Samit dan Abu Ubaidah Al-Jarrah. Mata pelajarannya tersebut Al-Qur’an, dasar-dasar Islam, seni khat, sejarah, menunggang kuda, memanah, dan bahasa asing. Tegasnya pengetahuan yang diberi meliputi pendidikan rohani dan jasmani yang menjadi keperluan individu dan masyarakat.

Di antara lulusan lembaga awal sekali itu, yaitu zaman Rasulullah SAW adalah para sahabat Nabi yang terkenal luas ilmunya seperti Ali bin Abi Talib, Umar bin Kahttab, Anas bin Malik, Mu’az bin Jabal, Abu Hurairah, Abudullah bin ‘Amr bin Al-‘As, Zaid bin Tsabit, Abu al-Darda, Abu Sa’id al-Khudari, Abu Musa Al-Asy’ari, ‘Airsyah Ra dan lain-lain bagi sahabat Nabi SAW yang mencapai tahap tertinggi sekali dalam ilmu-ilmu syariah. Sebagian sahabat terkenal dengan ilmu-ilmu tertentu, walaupun secara keseluruhan menguasi ilmu-ilmu itu. Seperti ‘Abdullah bin Abbas terkenal sebagai lautan dalam ilmu Tafsir, Abu Ka’ab dalam ilmu qiraat, Ali bin Abi Thalib dalam ilmu fiqh dan qada, Mu’az bin Jaball dalam hal-hal yang mengenai halal dan haram, Zaid bin Tsabit dalam ilmu faraid dan pembagian pusaka, Anas bin Malik dan Abu Hurairah dalam meriwayatkan hadits, dan lain-lain lagi. Merekalah yang merupakan linchting pertama (first batch)( dari madrasah Rasulullah Saw di Makkah dan Madinah yang membawa panji-panji ilmu sesudah Rasulullah SAW wafat. Tidak perlu disebutkan pengaruh mereka dalam perkembangan Islam sesudah Rasulullah wafat.

Di zaman khulafaurrasyidin, sahabat-sahabat Nabi SAW tersebut terus melanjutkan peranannya yang selama ini mereka pegang. Tetapi pada zaman ini muncul kelompok tabi’in yang berguru pada lulusan-lulusan pertama itu. Di antara yang paling terkenal di Madinah adalah Rabi’ah al-Raayi yang membuka pertemuan ilmiah di Masjid Nabawi di Madinah. Di antara murid-muridnya adalah Malik bin Anas al-Asbahi pengarang kitab: al-Muwatta dan pendiri Mazhab Malik. Di antara ulama-ulama tabi’in adalah Sa’id bin al-Musayyab, ‘Urwah bin al-Zubair, Salim Mawla bin Umar dan lain-lain. Di antara yang belajar pada Ibn Abbas adalah Mujahid (w. 103 H) Sa’id bin Jubair (w, 94 H)., Ikrimah Mawlah ibn Abbas,  Tawus al-Yammani, Ata bin Abi Rabah, semunya di Mekkah. Di antara tabi’in itu juga adalah Al-Hasan Al-Basri yang belajar pada Rabi’ah al-Ray di Medinah, kemudian kembali di Basrah yang dikunjungi oleh penuntut-penutut ilmu daerah seluruh pelosok negeri Islam. Di antara murid-muridnya di Basrah adalah Wasil bin ‘Ata dan ‘Amr bib ‘Ubaid yang mengucilkannya kemudian sebab perbedaan pendapat tentang orang-orang yang berdosa besar. Setelah Islam berkembang secara pesat, maka kuttab menjadi lembaga pendidikan Islam yang digunakan dan dikelola umat Islam.



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Eksistensi Kuttab dalam Sistem Pendidikan Islam"

Post a Comment