Seorang
nenek penjual bunga cempaka setiap hari berjalan jauh ke pasar di kota untuk
berjualan. Selepas berjualan, dia singgah dulu ke masjid untuk salat Zuhur.
Selepas
berdoa, nenek itu membersihkan sampah dedaunan yang berserakan di halaman
masjid. Ini dilakukannya setiap hari di bawah terik matahari. Setelah semua
daun dibersihkan barulah dia pulang ke desanya. Pengurus masjid kasihan melihat
kebiasaan nenek itu.
Suatu
hari, pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan daun yang berserakan di
halaman masjid sebelum nenek itu datang. Mereka pikir usaha itu akan membantu
si nenek agar tidak perlu bersusah payah membersihkan halaman masjid itu.
Rupanya,
niat baik itu malah membuat nenek tersebut sedih dan akhirnya menangis.
Dia
bermohon supaya dia terus diberi kesempatan membersihkan halaman masjid seperti
biasa.
Akhirnya,
pihak masjid terpaksa membiarkan situasi berjalan seperti biasa supaya nenek
itu tidak lagi mengiba.
Suatu
ketika, seorang kyai bertanya mengapa si nenek melakukan hal tersebut?.
“Saya
ini perempuan bodoh, Kyai. Saya tahu, amal-amal saya yang kecil ini mungkin
juga tidak benar. Saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat tanpa syafaat
Rasulullah saw. Setiap kali mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat
kepada Rasulullah saw. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah saw. menjemput
saya. Biarlah semua dedaunan ini bersaksi bahwa saya telah membacakan selawat
kepadanya.”
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat bersalawat kepada nabi. Wahai orang-orang yang beriman
bersalawat salamlah kepadanya. (Q.S. al- Ahzab/33: 56)
Rasulullah
saw. bersabda: “Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah
akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu.” (H.R.
Abu Dawud).
Mudah-mudahan
kita dapat sama-sama menghayati keikhlasan sifat nenek yang mulia itu. Amin!
No comments:
Post a Comment