Salam
cerdas…..
Membuka
Relung Hati
Saat
ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 miliar umat Islam yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 18% hidup di
negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan
yakni Pakistan, India dan Bangladesh. Populasi muslim terbesar dalam satu
negara dapat dijumpai di Indonesia. Populasi muslim juga dapat ditemukan dalam
jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat,
Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan
umat Islam sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan
penduduk dunia hanya mencapai 2,3%. Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama
dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. Beberapa pendapat
menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara
Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di
dunia adalah negara dengan mayoritas muslim. Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran di negara muslim menurun hingga ke
tingkat negara Barat.
Perkembangan penduduk muslim yang cukup signifikan tentu saja berpengaruh terhadap perilaku umat Islam itu sendiri.
Pada zaman Rasulullah saw., umat Islam masih sedikit dan oleh karena itu
penanganannya juga tidak serumit saat ini. Berbagai macam kelompok muslim yang satu sama lain memiliki persepsi
tentang Islam, menjadikan Islam berwarna-warni. Sepanjang masih saling
menghargai dan toleransi antara intern agama, Islam insya Allah akan berkembang
pesat dengan baik. Akan tetapi, apabila setiap kelompok mengklaim bahwa
kelompoknyalah yang paling benar, inilah awal dari kehancuran. Berdasarkan
analisis tersebut, kita sebagai pemeluk Islam harus waspada dan terus belajar
tentang Islam secara kaffah sehingga akhirnya kita menjadi orang Islam yang
arif lagi bijaksana.
Mengkritisi
Sekitar Kita
Islam
adalah agama yang memberi kebebasan kepada umatnya untuk mengekspresikan diri
asalkan sesuai dengan kaidah ajaran Islam dan sejalan dengan tujuan
penciptanya, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt. Perjalanan sejarah umat
Islam telah membuktikan bahwa setiap saat ada umat yang senantiasa berposisi
sebagai pemberi motivasi atau pembaru bagi masyarakat.
A. Islam Masa Modern (1800 – sekarang)
A. Islam Masa Modern (1800 – sekarang)
Islam
pada periode ini dikenal dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat
Islam disebabkan oleh adanya benturan antara kekuatan Islam dengan kekuatan
Eropa. Benturan itu menyadarkan umat Islam bahwa sudah cukup jauh tertinggal
dengan Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani yang langsung
menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat
penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna
pemulihan kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan
pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan
mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
Benih
pembaharuan dunia Islam sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika
dunia Islam mengalami kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah
Taqiyudin Ibnu Taimiyah, seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat
Islam dengan mendapat dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah
saw.
Gerakan
salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang mempunyai
ciri sebagai berikut:
1. Memberi ruang dan peluang ijtihad di
dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan dengan muamalah duniawiyah.
2.
Tidak terikat secara mutlak dengan
pendapat ulama-ulama terdahulu.
3. Memerangi orang-orang yang menyimpang
dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan, khurafat, bid’ah, taqlid, dan
tawasul.
4.
Kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai sumber utama ajaran Islam.
Secara
garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan
Ibnu Qoyyim antara lain
mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas
takhayul dan bid’ah yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan paham fatalisme
yang terdapat di kalangan umat Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa
oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam
terhadap permainan politik negara Barat.
Selanjutnya,
ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan
oleh tokoh-tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat
Islam sudah tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam masih berkutat
pada hal-hal yang tidak rasional seperti bid’ah, khurāfat, dan tahayyul.
Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari kebodohan itu. Maka, lahirlah
tokoh-tokoh pembaharu Islam.
B.
Tokoh-Tokoh
Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh-tokoh
yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara lain: Muhammad bin
Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad Ali Pasya, Al- Tahtawi, Jamaludin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Sayyid Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud
II.
1.
Muhammad bin Abdul
Wahab
Di
Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada pemikiran
pembaharuan di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab
(1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi. Setelah menyelesaikan
pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal di kota ini
selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia menikah
dengan seorang wanita kaya. Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia,
ia pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan,
ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun
merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
Pemikiran
yang dicetuskan Muhammad bin Abd Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat Islam
timbul bukan sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di
Kerajaan Utsmani dan Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham
tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam di waktu itu. Kemurnian paham
tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad
ketiga belas memang tersebar luas di dunia Islam.
Soal
tauhid memang merupakan ajaran paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak
mengherankan kalau Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan perhatian pada soal ini. Ia
berpendapat seperti berikut:
a.
Yang boleh dan harus disembah hanyalah
Allah Swt., dan orang yang menyembah selain Allah Swt. telah menjadi musyrik
dan boleh dibunuh.
b. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut
paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari
Allah, tetapi dari syekh atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian
juga telah menjadi musyrik.
c.
Menyebut nama nabi, syekh, atau
malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik.
d.
Meminta syafa’at selain dari kepada
Allah Swt. adalah juga syirik.
e.
Bernazar kepada selain dari Allah Swt.
juga syirik.
f.
Memperoleh pengetahuan selain dari
al-Qur’an, hadis dan qias (analogi) merupakan kekufuran.
g.
Tidak percaya kepada qada dan qadar
Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h.
Demikian pula menafsirkan al-Qur’an
dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran
Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran
pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti berikut:
a.
Hanya al-Qur’an dan hadislah yang
merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama tidak merupakan
sumber.
b.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c.
Pintu ijtihad terbuka dan tidak
tertutup.
2.
Syah Waliyullah
Syah
Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia mendapatkan
pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut
mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat
belajar pada ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi
pada tahun 1732 dan meneruskan pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping
itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di antaranya
buku Hujjatullah Al-Baligah dan Fuyun Al-Haramain.
Di
antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat Islam menurut
pemikirannya adalah sebagai berikut:
a.
Terjadinya perubahan sistem
pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan.
b.
Sistem demokrasi yang ada dalam
kekhalifahan diganti dengan sistem monarki absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang
disebabkan oleh berbagai pertentangan aliran dalam Islam.
d.
Adat istiadat dan ajaran bukan Islam
masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di
zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa asing masih
dianggap terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’an
dengan tidak mengerti isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya
untuk kehidupan duniawi mereka. Ia melihat perlu al-Qur’an diterjemahkan ke
dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam. Bahasa yang dipilihnya ialah
bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam India di ketika
itu. Penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah
Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat tantangan,
tetapi lambat laun dapat juga diterima oleh masyarakat. Karena masyarakat telah
mau menerima terjemahan, putranya kemudian membuat terjemahan ke dalam bahasa
Urdu, bahasa yang lebih umum dipakai oleh masyarakat Islam India daripada
bahasa Persia.
3.
Muhammad Ali Pasya
Muhammad
Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang keturunan
Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Sebagaimana raja-raja Islam
lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal yang bersangkutan dengan militer.
Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan diperbesar dengan
kekuatan militer. Di samping itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer
mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang
militer, dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan militer. Jadi, ada
dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer. Kedua hal
tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikenal orang di Eropa.
Ide
dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif pada zamannya antar lain
bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern
dan sains ke dalam kurikulum. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal
sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Saat
itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid,
madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan
kurikulum modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut, sangat
sulit. Oleh karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan
sekolah modern di samping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa
itu masih tetap berjalan.
4.
Al-Tahtawi
Rifa’ah Baidawi Rafi’
Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Ia
lahir pada tahun 1801 M di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian
selatan dan meninggal di Kairo pada tahun 1873 M. Ketika Muhammad Ali mengambil
alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua Al-Tahtawi termasuk dalam
kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di masa kecilnya dengan bantuan
dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo untuk belajar
di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu, ia selesai dari studinya di
Al-Azhar pada tahun 1822 M.
Beberapa
pemikirannya tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Ajaran Islam bukan hanya mementingkan
soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia. Umat Islam juga harus
memperhatikan kehidupan dunia.
b.
Kekuasaan raja yang absolut harus
dibatasi oleh syariat, raja harus bermusyawarah dengan ulama dan kaum
intelektual.
c.
Syariat harus diartikan sesuai dengan
perkembangan modern.
d. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar syariat dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat modern.
e. Pendidikan harus bersifat universal,
misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri
harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
f. Umat Islam harus dinamis dan
meninggalkan sifat statis.
5.
Jamaludin Al-Afgani
Jamaludin
lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istambul pada tahun
1897. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah menjadi pembantu bagi
Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasihat
Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan
menjadi perdana menteri. Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri soal politik
dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan
yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong
Inggris. Pihak pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman meninggalkan tanah
tempat lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Beberapa
pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Kemunduran umat Islam tidak disebabkan
karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi.
Kemunduran itu disebabkan oleh berbagai faktor.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada masa
lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali kepada
ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan akal serta kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan
absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepala negara harus
bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak ada pemisahan antara agama dan
politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antarumat Islam harus dihidupkan
kembali.
6.
Muhammad Abduh
Muhammad
Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh Hasan
Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal
dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar Ibn
Al-Khattab.
Pada
tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan studinya ke Al-Azhar. Sewaktu masih
belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang ke Mesir dalam perjalanan ke
Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan
Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin Al-Afghani mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’an. Kemudian, ia
berikan tafsirannya. Perjumpaan ini meninggalkan kesan yang baik dalam diri
Muhammad Abduh.
Ketika
Jamaludin Al-Afghani datang pada tahun 1871 untuk menetap di Mesir, Muhammad
Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar falsafat di bawah
pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini, ia telah mulai menulis
karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang pada waktu itu baru saja
didirikan.
Pada
tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai
mengajar, pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya
sendiri. Di antara buku-buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn
Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun, dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan
Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam bahasa Arab pada tahun 1857.
Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh
yang juga dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Kairo.
Tetapi di tahun 1880 ia boleh kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi
redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Adapun
ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi pengembangan
pemikiran Islam adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan pintu ijtihad.
Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan dasar penting dalam
menafsirkan kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan terhadap akal. Islam
adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab dengan akal, ilmu
pengetahuan akan maju.
c.
Kekuasaan negara harus dibatasi oleh
konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang bersangkutan.
7.
Rasyid Rida
Rasyid
Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di
Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli
(Suria). Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi
Muhammad saw. Oleh karena itu, ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya.
Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar
menulis, berhitung dan membaca al- Qur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan
pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al- Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di
Tripoli. Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki
dan Perancis, dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga
pengetahuan-pengetahuan modern.
Sekolah
ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah
dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen telah
mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang tua untuk
memasukkan anak-anak mereka belajar di sana. Dalam usaha menandingi daya tarik
sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr mendirikan Sekolah
Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah Kerajaan
Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
Rasyid
Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli.
Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al-Syaikh Husain Al-Jisr berjalan terus
dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda. Selanjutnya, ia
banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh
melalui majallah Al-Urwah Al-Wusṭa. Ia berniat untuk menggabungkan diri
dengan Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu Muhammad
Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk
berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-perjumpaan
dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya.
Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang diperolehnya dari Al- Syaikh Husain
Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad
Abduh amat memengaruhi jiwanya.
Ia
mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada di Suria,
tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa
terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan pindah ke Mesir, dekat
dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di negeri gurunya
ini.
Beberapa
bulan kemudian, ia mulai menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manar.
Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan
tujuan Al-Urwah Al-Wusṭa, antara lain mengadakan pembaharuan dalam
bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh yang
masuk ke dalam tubuh Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam
kalangan umat Islam, serta paham-paham salah yang dibawa tarekat-tarekat
tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan
politik negara-negara Barat.
Majalah
ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada
murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui
lembaran-lembaran Al-Manar. Tetapi, selain dari ide-ide, Al-Manar
juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh sendiri. Demikian
juga tulisan pengarang-pengarang lain.
Beberapa
pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Sikap aktif dan dinamis di kalangan
umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat Islam harus meninggalkan sikap
dan pemikiran kaum Jabariyah.
c.
Akal dapat dipergunakan untuk
menafsirkan ayat dan hadis tanpa
meninggalkan prinsip umum.
d.
Umat Islam menguasai sains dan
teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan
banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan dunia dan akhirat
diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g.
Perlu menghidupkan kembali sistem
pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah adalah penguasa di seluruh
dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid
besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip hukum Islam sesuai
dengan tuntutan zaman.
8.
Sayyid Ahmad Khan
Setelah
hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam
India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai
di masa lampau. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali.
Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754‒1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping
bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan
banyak memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Sewaktu berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India
Timur. Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia
pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Di
masa Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan
dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak
Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas
jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir
yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak
Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat
diwujudkan hanya dengan bekeija sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan
penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan
akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Pemikiran
Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Kemunduran umat Islam disebabkan tidak
mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas
berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak berubah. Gabungan
kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam
inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c.
Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’an
dan hadis.
d.
Ia menentang taklid dan perlu adanya
ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk
mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah pendidikan.
9.
Sultan Mahmud II
Pembaharuan
di Kerajaan Utsmani abad ke- 19, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir, juga
dipelopori oleh Raja. Kalau di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori
pembaharuan, di Kerajaan Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah
Sultan Mahmud II.
Mahmud
lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan
Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 dan meninggal pada tahun
1839.
Di
bagian pertama dari masa kesultanannya, ia disibukkan oleh peperangan dengan
Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi
besar. Peperangan dengan Rusia selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi
daerah akhirnya dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir
dan satu daerah otonomi lain di Eropa.
Setelah
kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Utsmani ber-tambah kuat,
Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha
pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya. Sebagaimana sultan-sultan
lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di bidang
militer.
Sultan
Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam, yaitu sebagai
berikut:
a.
Menerapkan sistem demokrasi dalam
pemerintahannya.
b.
Menghapus pengutusan sultan yang
dianggap suci oleh rakyatnya.
c.
Memasukkan kurikulum umum ke dalam
lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif
yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang
mempersiapkan tenaga- tenaga ahli penerjemah.
e.
Mendirikan sekolah kedokteran, militer
dan teknik.
10.
Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di Sialkot
pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar
di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia
berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan,
mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Pada tahun 1905, ia
pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari
falsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sinilah ia
memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang diajukannya berjudul:
The Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia).
Pada
tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai
pengacara, ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The Reconstruction of
Retigious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya
di beberapa universitas di India. Kemudian, ia memasuki bidang politik dan pada
tahun 1930, ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Di dalam perundingan
Meja Bundar di London, ia turut dua kali mengambil bahagian. Ia juga menghadiri
Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun 1933, ia diundang ke
Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62
tahun, ia meninggal di tahun 1938.
Berbeda
dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof. Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan
pembaruan dalam Islam.
Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Ijtihad mempunyai kedudukan penting
dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap
dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam untuk bergerak dan jangan
tinggal diam.
c.
Kemunduran umat Islam disebabkan oleh
kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d.
Hukum Islam tidak bersifat statis,
tetapi dapat berkembang sesuai per- kembangan zaman.
e.
Umat Islam harus menguasai sains dan
teknologi yang dimiliki Barat.
f.
Perhatian umat Islam terhadap zuhud
menyebabkan kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah keduniaan dan sosial
kemasyarakatan.
Menerapkan
Perilaku Mulia
Ada
beberapa perilaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan
sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Menyikapi kejadian masa lalu dengan
sikap sabar dan menanamkan jihad yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan hadis.
2. Menjadikan sumber inspirasi untuk
membuat langkah-langkah inovatif agar kehidupan manusia menjadi damai dan
sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
3. Memotivasi diri terhadap masa depan
agar memperoleh kemajuan serta mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai
negatif atau kurang baik tidak akan terulang kembali.
4. Membangun masa depan berdasarkan
pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara
senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang
baik dan mendapat ampunan dari Allah Swt.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi di masa
pembaruan cukup canggih dan menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan
dapat diperoleh kemajuan yang lebih baik bagi generasi-generasi muslim di masa
depan.
6.
Mencari upaya antisipasi agar
kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa
yang akan datang.
7. Dalam sejarah, dikemukakan pula
masalah sosial dan politik yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu.
Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi
permasalahan yang mungkin akan terjadi.
Rangkuman
1. Perkembangan Islam pada masa modern
dimulai dari tahun 1800 dan berlangsung sampai sekarang yang ditandai dengan
gerakan pembaruan dalam berbagai bidang.
2. Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan
pembaruan Islam, antara lain; Muhammad bin Abdul Wahab, Syah Waliyullah, Muhammad
Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Rida,
Sayyid Ahmad Khan, dan Sultan Mahmud II.
3. Saat Islam mengalami kemunduran,
bangsa Eropa justru mengalami kemajuan luar biasa dalam lapangan kebudayaan,
ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sementara kondisi dunia Islam berada
di bawah pengaruh kolonialisme dan imperialisme Eropa.
No comments:
Post a Comment