Salam cerdas.....
A. Faktor Kemajuan Perpustakaan di Dunia Islam Masa Klasik
Sejumlah faktor yang mendukung perkembangan perpustakaan di dunia Islam masa klasik adalah:
1. Adanya Kegiatan Terjemahan
Abad keemasan peradaban Muslim dimulai dengan bangkitnya Dinasti Abbasyiah pada tahun 132 H/750 M. Masa lima abad Dinasti Abbasiyah merupakan masa berkembangnya para ilmuan Islam. Dinasti ini kurang berminat melakukan penaklukkan sebagaimana Dinasti Umayyah, tetapi lebih berminat besar pada pengetahuan dan masalah dalam negeri. Hal tersebut dilihat dengan adanya penekanan besar pada upaya penerjemahan dan penyerap pengetahuan dari peradaban lain, termasuk Mesir, Babilonia, Yunani, India, Cina, dan Persia. Dalam kurun tiga fase buku-buku dalam bahasa berbagai bahasa tersebut diterjemahkan dalam bahasa Arab. Fase pertama (312 H/750 M-232 H/847 M), pada masa Khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung pada masa Khalifah Al-Makmun (232H/847 M-334 H/945 M), buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung (334H/945M-347 H/1005 M), terutama setelah adanya pembuatan kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Kegiatan penterjemahannya ini telah memberikan konstribusi besar berdirinya perpustakaan-perpustakaan di dunia Islam. Dengan adanya perpustakaan, maka setiap orang bisa menikmati kebutuhan mereka terhadap buku yang telah tersedia.
2. Adanya Pembuatan/Ditemukannya Kertas
Seiring dengan perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan dan munculnya karya tulis sarjana, berkembang pula produksi kertas yang tersebar luas di seluruh wilayah Islam. Hal ini kemudian memberikan dorongan besar tidak hanya bagi golongan penulis, penerjemah, dan pengajaran, akan tetapi juga berpengaruh pada geralan pengumpulan naskah. Keadaan ini berlangsung ketika seluruh peradaban Muslim dilanda debat hebat, dan buku menjadi kuncu utama untuk menyampaikan gagasan. Kebutuhan akan buku menyebabkan merebaknya perpustakaan di berbagai penjuru dunia Islam. Mereka berlomba-lomba untuk membeli karangan ilmiah dari para penulis begitu selesai ditulis. Sangatlah jarang istana-istana, masjid-masjid dan madrasah tidak memiliki perpustakaan, termasuk para hartawan dan para ulama yang cinta akan ilmu pengetahuan, hampir semuanya pada memiliki perpustakaan. Secara tidak langsung kondisi ini melahirkan perpustakaan-perpustakaan di dunia Islam.
3. Adanya Khalifah yang Mencintai Ilmu Pengetahuan
Dinasti Abbasiyyah terutama pada fase pertama yang dipimpin oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur, Khalifah Harun Al-Rasyid Dan Abdullah Al-Makmun, merupakan khallifah-khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, yang dengan kecintaannya khalifah sangat menjaga dan memelihara buku-buku, baik yang bernuansa agama atau umum, baik karya ilmuwan muslim maupun non-muslim, baik karya ilmuwan yang sesamanya atau pendahulunya. Harun Al-Rasyid kepada para tentaranya untuk tidak merusak kitab apapun yang ditemukan dalam medan perang. Begitu juga Khalifah Al-Makmun, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan lainnya untuk menerjemahkan buku-buku yunani, sampai pada ahirnya masih pada masa khalifah al-makmun Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, khalifah dari Dinasti Fatimiyah seperti Al-Aziz dan khalifah dari Dinasti Umayyah di Andalusia seperti Al-Hakam II juga menyukai kegiatan pengumpulan buku dan mendirikan perpustakaan di wilayah mereka masing-masing. Ini adalah sebagian khalifah yang turut menyumbangkan pemikiran dan kebijakan mereka sebagai penguasa untuk mendirikan perpustakaan.
B. Faktor Kehancuran Perpustakaan di Dunia Islam Masa Klasik
Perpustakaan-perpustakaan di dunia Islam di masa klasik tidak selamanya mampu bertahan dengan segala kondisi masing-masing pemerintahan di wilayah Islam. Adapun petaka-petaka yang menimpa perpustakaan-perpustakaan di dunia Islam adalah petaka yang ditimpakan oleh tentara Tartar ketika mereka menaklukkan Baghdad, sebelum menghancurkan yang lain, yang pertama dihancurkan adalah perpustakaan. Tentara Tartar melemparkan seluruh buku-buku ke sungai Dajlah sehingga sungai itu penuh dengan buku-buku. Petaka perang Salib juga telah membuat umat Islam kehilangan perpustakaan-perpustakaan yang berharga yang berada di Tripoli, Maarrah, Al-Quds, Ghazah, Asqalan dan di kota-kota lainnya yang dihancurkan mereka. Salah seorang sejarawan menaksir, buku-buku yang dimusnahkan tentara Salib di Tripoli sebanyak tiga juta buah. Kemudian petaka penduduk Spanyol atas Andalusia juga telah membuat umat Islam kehilangan perpustakaan-perpustakaan besar, semua buku dibakar oleh pemeluk agama yang fanatik karena dianggap membahayakan, sehingga buku-buku yang dibakar dalam sehari di lapangan Granada, menurut taksiran sebagian sejarawan berjumlah satu juta buku.
Perpustakaan Khalifah Dinasti Fathimiyah berakhir riwayatnya setelah diserang oleh massa dari kalangan budak Turki. Mereka menyalakan api dalam perpustakaan itu dan seorang budak membagi cover-cover buku, kemudian dijadikan sandal-sandal mereka. Sejumlah besar buku dilemparkan ke sungai Nil dan sebagian di angkut kewilayah-wilyah lain, sedangkan sisanya dikumpulkan dalam tumpukan besar, lalu angin sedikit demi sedikit menerbangkan pasir sehingga gundukan-gundukan itu berubah menjadi bukit dan akhirnya terkenal dengan sebutan “bukit buku”. Sejumlah petaka yang melanda kekuasaan-kekuasaan Islam itulah menyebabkan kehancuran perpustakaan di dunia Islam masa klasik. Banyak manuskrip-manuskrip berharga yang tidak bisa diselamatkan lagi karena berbagai konflik-konflik penguasa Islam di masa itu.
Oleh : Kompri, M.Pd.I
No comments:
Post a Comment