Search This Blog

Sejarah Perkembangan dan Pembaharuan Pendidikan di Mesir

Salam Cerdas…..

Al-Azhar didirikan oleh Jauhar al-Shiqili, pada tahun 361 atau 972 M,.sejak dibangun hingga kini, al-Azhar mendapat perhatian dan bantuan dari pihak pemerintah setempat. Pada awal berdiri Al-Azhar mengajar fiqh menurut Mazhab Syi’ah kemudian berganti dengan mazhab sunni. Selanjutnya didirikan madrasah-madrasah dengan guru-guru resmi yang diangkat untuk mengajar di sana. Kemajuan al-Azhar mengalami jatuh bangun. Saat Mesir jatuh dibawah kekuasaan Sulthan Umaniyah Turki tahun 1517 M atau 923 H, kemegahan Mesir pun pindah ke Istambul Turki. Modernisasi Mesir dilakukan kembali. Pada tahun 1805 M atau 1220 H Muhammad Ali pasya membangun kembali Al-Azhar. Para ulamanya dikirim untuk belajar ke Prancis guna mempelajari ilmu kedokteran, teknik, militer dan lain-lain.

Setelah selesai revolusi 1789, Perancis mulai menjadi negara besar yang mendapat saingan dan tantangan dari Inggris. Inggris pada waktu itu telah melihat kepentingannya di India serta untuk memutuskan komunikasi antar Inggris di Barat dan India di Timur, Napoleon  melihat bahwa Mesir perlu diletakkan di bawah kekuasaan Perancis.

Dengan menguasai Mesir, maka Inggris mempunyai tujuan untuk pemasaran hasil industrinya. Tempat yang strategis untuk menguasai kerajaan besar seperti yang dicita-citanya itu adalah  Kairo dan buka Roma atau Paris, hal inilah yang mendorong Perancis dan Napoleon menduduki Mesir. Harus diakui bahwa ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801, ternyata telah membuka mata dunia Islam, terutama bangsa Turki dan  Mesir, hal ini ditandai dengan kemunduran dan kelemahan umat Islam, di samping adanya kemajuan dan kekuatan dunia Barat.

Kendati, ekspedisi Napoleon di mesir hanya 3 tahun, namun Napoleon telah membawa ide-ide baru  yang dihasilkan melalui revolusi Perancis, seperti sistem pemerintahan Republik, ide pemasaran dan rakyat turut serta dalam pemerintahan serta ide kebangsaan. Pada tahun 1799 M. Sultam Salim III (1789-1807) mengirim tentara ke Mesir untuk memerangi tentara Perancis, Muhammad Ali merupakan salah satu di antara prajurit Usmani kala itu. Ketika Muhammad Ali pergi ke Mesir, ia mempunyai kedudukan sebagai wakil perwira yang mengepalai pasukan yang dikirim dari daerahnya.

Pasukan yang dipimpin bukan terdiri dari orang-orang Turki, melainkan dari orang-orang Albania. Kemudian Muhammad Ali menjadi tokoh pembaharu di Mesir sesudah berada di puncak kekuasaan. Setelah Muhammad Ali berkuasa penuh, ia menjadi wakil Sultan yang resmi di Mesir. Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui bagaimana usaha Muhammad Ali dalam mengambil kekuasaan, inilah yang menjadi inti pembahasan dalam makalah ini.

Kendatipun Muhammad Ali Pasya seorang buta huruf, namun ia mengerti akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan suatu negara. Dalam pembangunan pendidikan, ia mendirikan kementerian pendidikan dan sekolah militer pada tahun 1815, lalu sekolah teknik dan kedokteran pada tahun 1827. Para guru dan tenaga ahlinya didatangkan dari Barat dan Eropa. Muhammad Ali Pasya juga mengirimkan para pelajar untuk studi di Barat guna mendalami berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang disana. Sekembalinya mereka ke tanah air mereka ditugaskan untuk mengembangkan iptek tersebut. Untuk memperkuat pertahanan negaranya, Muhammad Ali Pasya mengembangkan pendidikan militer dan bentuk latihan lainnya.

Modernisasi pendidikan yang dilakukan Muhammad Ali Pasya ini merupakan upaya pembaharuan pendidikan di dunia Islam yang pertama karena bentuk sekolah yang didirikannya berbeda dengan madrasah atau sekolah tradisional yang ada sebelumnya, yang hanya menekankan pelajaran agama semata. Muhammad Ali Pasya tampil dalam pembaharuan sistem pendidikan secara nasional di Mesir melalui jalur politik sebagai pejabat pemerintah, sehingga kemajuan pendidikan pendapat perhatian serius dari pemerintah saat itu.

Sebagai halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan  dan tehnologi modern itu. Dengan jalan demikian pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan. Oleh karenanya, pembaharuan yang muncul dalam studi-studi modernisme di negara-negara Islam  penghujung abad ke-18 dan awal abad ke-19 banyak memunculkan tema-tema sentral tentang perlunya Iptek sebagai pemikat perluasan upaya menaikkan citra peradaban Islam menapaki abad-abad berikutnya. Sehingga ada kecenderungan lebih bersemangat untuk proses Islamisasi sains, yang di barat saat ini seakan sains bebas nilai dari keikutsertaan agama memberikan masukan positif di dalamnya.

Sistem pendidikan yang terjadi pada sekolah-sekolah pemerintah tampil dengan kurikulum yang memberikan ilmu pengetahuan Barat sepenuhnya, tanpa memasukkan ilmu pengetahuan agama ke dalam kurikulum tersebut. Dualisme pendidikan ini melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda. Tipe sekolah yang pertama memproduksi para ulama serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan cenderung untuk mempertahankan tradisi. Tipe sekolah yang kedua melahirkan kelas elit generasi muda hasil pendidikan yang dimulai pada abad ke-19. dengan Ilmu-ilmu Barat yang mereka peroleh dapat menerima ide-ide yang datang dari Barat. Pembaharuan yang dilakukan Muhammad Ali terasa timpang, sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional, baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan. Ilmu-ilmu Barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama, dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa sejajar dengan perkembangan aspek jiwa yang lain.

Gerakan pembaharuan Islam di Mesir juga dilakukan oleh Muhammad Abduh, yang cinta pada ilmu pengetahuan. Pembaharuan mendirikan terutama untuk skop lembaga pendidikan tradisional dan keagamaan, yaitu al-Azhar. Bagi Abduh, ilmu pengetahuan modern yang berkembang di Barat bersumber dari sunnahtullah atau hukum alam, jadi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Umat Islam hendaknya memperhatikan pendidikan dan iptek. Sekolah-sekolah modern perlu dibuka dan diberikan pengetahuan modern di samping materi agama.

Menurut Muhammad Abduh, pembaharuan pendirikan di al-Azhar akan mempengaruhi Dunia Islam, mengingat al-Azhar merupakan universitas Islam internasional yang banyak dikunjungi para pelajar muslim dari seluruh penjuru dunia. Al-Azhar juga mendapat tempat yang terhormat di kalangan umat Islam. Pola pikir Muhammad Abduh yang demikian menghendaki dimaksukkannya beberapa disiplin ilmu modern dalam kurikulum al-Azhar, seperti fisika, ilmu pasti, filsafat, sosiologi, dan sejarah, begitu juga pendidikan agama yang lebih intensif, termasuk sejarah kebudayaan Islam. Kurikulum ini juga hendaknya berlaku pada sekolah-sekolah bentukan pemerintah.

Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dimajukan Rasyid Ridha, tidak banyak berbeda dengan ide-ide Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Rasyid Ridha juga merasa perlunya dilaksanakan ide pembahuruan dalam bidang pendidikan. Untuk itu ia melihat perlunya ditambahkan ke dalam kurikulum mata-mata pelajaran berikut: teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa-bahasa asing dan ilmu mengatur rumah tangga (kesejahteraan keluarga) yaitu di samping fikih, tafsir, hadis, dan lain-lain yang biasa diberikan di Madrasah-madrasah tradisional.

Peradaban Barat modern menurut Rasyid Ridha berdasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk kemajuan, umat Islam harus menerima peradaban Barat yang ada. Bahkan ia melihat wajib bagi umat Islam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Umat Islam di zaman klasik mencapai kemajuan karena mereka maju mengambil ilmu pengetahuan. Barat maju karena mau mengambil ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam itu. Dengan demikian mengambil ilmu-pengetahuan Barat modern sebenarnya berarti mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam.



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Perkembangan dan Pembaharuan Pendidikan di Mesir"

Post a Comment