Pages

Sunday, March 12, 2017

Sayyid Ahmad Khan dan Gerakan Aligarh

Salam cerdas…..

1.   Sayyid Ahmad Khan (1817-1898): Tokoh Kontraversi

Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 dan Sayyid masih keturunan nabi Muhammad SAW. Ia merupakan keturunan dari Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah . Ayahnya bernama Mir Muttaqi adalah seorang pemimpin agama, tetapi karena keturunan Sayyid maka ia juga memperoleh pengaruh besar dan juga sangat dihormati oleh raja Mughal pada waktu itu, Akbar Syah II.[1] 

Dia juga berasal dari keluarga terpandang, sebab kakeknya adalah Sayyid Hadi  seorang Pembesar Istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Maka wajar jika dia mendapatkan pendidikan yang baik dan  menguasai berbagai bahasa, khususnya Inggeris, Arab serta Parsi. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan.[2]

Inti dari pemikiran Ahmad Khan adalah merubah konfrontasi menjadi kompromi, permusuhan menjadi persahabatan. Sikap menolak semua ide dari barat diubah dengan sikap kooperatif dengan mempelajari kemajuan peradaban dan teknologi yang ada pada penjajah tersebut. Baginya perlawanan terhadap Inggeris hanya  akan menambah kehancuran umat Islam. [3]

Untuk itu dia berusaha memberi keyakinan kepada pihak Inggeris bahwa pada pemberontakan tahun 1857 umat Islam bukan pemeran utama. Kemarahan umat Islam terjadi karena ada informasi yang menyatakan bahwa penjajah Inggeris akan melakukan kristenisasi di India. Pada sisi lain penjajah Inggeris juga tidak memahami permasalahan sensitif di kalangan masyarakat setempat sehingga banyak tindakan mereka yang menimbulkan kemarahan di tengah masyarakat.

Banyak cadangan dan pemikiran Ahmad Khan yang dipakai oleh penjajah Inggeris sehingga dapat memperbaiki hubungan India dengan Inggeris, khususnya umat Islam. Di atas jasa-jasanya tersebut maka kerajaan Inggeris menganugerahkan gelaran Sir kepadanya. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.

Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.

Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
1)   Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai sains dan teknologi.
2)   Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
3)   Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’an dan hadis.
4)   Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
5)   Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari keterbelakangan adalah pendidikan.

Penjelasam Ide-ide cemerlang Sayyid Ahmad Khan adalah sebagai berikut:

1)   Ide pembaharuan dalam Bidang Pendidikan. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan hanya bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris. Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merubah pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan inggris. Cita-citanya untuk menjalani hubungan baik antara inggris dan umat islam, agar demikian ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya ,telah dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2) Sayid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan perbuatan Alam, Sayyid Ahmad Khan selanjutnya, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3)  Ide pembaharuan dalam Bidang Sosial Keagamaan. Sejalan dengan ide-ide diatas, ia menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang berubah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga tidak semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang keasliannya.
4)   Yang menjadi dasar bagi system perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah sistem monogamy, dan bukan sistem poligami sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ di zaman itu. Poligami adalah pengecualian bagi sistem monogamy itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan lain kata do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a, demikian ia menjelaskan, tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5)  Ide pembaharuan dalam Bidang Politik. Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.[4]

Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dimajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi penghargaan tinggi kepada akal manusia, sama-sama menganut faham Qadariyah, sama-sama percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid, dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya diwaktu itu.

2.   Gerakan Aligarh

Gerakan Aligarh didirikan oleh Ahmad Khan bertujuan melanjutkan ide-ide pembaharuannya. Inti gerakan ini merupakan respon terhadap kondisi masyarakat Islam  India yang sudah sangat terpuruk.

Sementara bagi kalangan Hindu pendirian gerakan Aligarh erat hubungannya dengan ketakutan umat Islam terhadap kebangkitan masyarakat Hindu. Sehingga ada pendapat yang menyatakan bahwa pendirian gerakan ini sesungguhnya  tidak relistik dan bersifat romantic.[5] Hubungan yang kurang baik di antara Hindu dan Islam hanya meliputi kelompok elit dan menengah, bukan masyarakat bawah.[6] Oleh sebab itu sikap curiga Ahmad Khan terhadap umat Hindu dianggap terlalu berlebihan.

Namun bagi pihak muslim  pendirian gerakan Aligarh tidaklah sesederhana hal di atas. Sebab permasalahan Hindu dan Muslim sudah ada semenjak lama, di mana banyak fakta membuktikan  bahwa Islam dan Hindu sukar sekali hidup bersama di dalam satu bangsa.

Gerakan ini berpusat di sekolah Muslim Anglo Oriental College (MAOC) yang didirikannya pada tahun 1878.[7] Pusat pendidikan ini  mengajarkan ilmu-ilmu keislaman (Islamic studies) dengan menggunakan metode barat.[8] Bahkan ada sebagian orang beranggapan bahwa gerakan ini adalah kelompok orang yang menyokong imprealis Barat.[9] Maka wajar jika sekolah ini mendapat banyak fasilitas dari Inggeris sehingga pada tahun 1920 sekolah  ini berubah menjadi Universitas Islam Aligarh dan berperan sebagai  pusat gerakan pembaharuan Islam di India.[10]

Nawab Muhsin al-Mulk atau Sayyid Mahdi Ali (1837-1907) adalah pelanjut pimpinan Gerakan Aligarh dalam mengembangkan  pembaharuan Sayyid Ahmad Khan. Namun tokoh ini bersifat lebih lembut sehingga dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat Islam, baik kelompok modernis maupun ulama Deoband yang selama ini tidak sejalan dengan pemikiran Sayyid Ahmad Khan. Pada akhirnya dia berhasil membentuk Liga Muslimin India pada tahun 1906.[11]

Tokoh berikutnya yang berperan dalam Gerakan Aligarh adalah Viqar al-Mulk (1841-1917) yang pada awalnya sangat sejalan dengan Ahmad Khan, khususnya dalam masalah kerjasama dengan Inggeris, namun kemudian berubah dan berupaya mengurangi pengaruh Inggeris dari MAOC.

Setelah itu ada beberapa nama lain yang berpengaruh terhadap Gerakan Aligarh seperti Chiragh Ali, Salah al-Din Khuda, Maulvi Nazir Ahmad, dan Muhammad Sibli Nu’mani (1875-1914). Namun setelah meninggalnya Ahmad Khan para pengikutnya sekurang-kurangnya dapat dibagi dua,  ada yang masih sejalan namun ada juga yang sudah meninggalkan beberapa prinsip pokok, seperti bekerjasama dengan penjajah Inggeris dan lebih dekat kepada pihak Islam, khususnya ulama Deoband.[12]



[1] http://mustari64.blogspot.co.id/2010/05/ide-ide-pembaharuan-sir-sayyid-ahmad.html
[2] https://andersenalfatih.wordpress.com/2014/02/08/pembaharuan-pemikiran-sayyid-ahmad-khan/
[3] JURNAL USHULUDDIN Vol. XVIII No. 1, Januari 201294
[4] https://nicohendrick.wordpress.com/2009/11/13/pemikiran-pembaharuan-sayyid-ahmad-khan-2/
[5] A.L.Basham (1964), Studies in Indian History and Culture, Culcutta : Sambodhi Publication Provare Ltd, h. 12
[6] Ram Gopal (1964), op.cit., h. 28-29
[7] Harun Nasution (1986), op.cit., h. 107
[8] John McLeod (2002), op.cit., h. 89
[9] Zafar Imam (1975), Muslims in India, New Delhi : Orient Longman, h. 50
[10] Harun Nasution (1996), op.cit., h. 164
[11] Ibid.
[12] JURNAL USHULUDDIN Vol. XVIII No. 1, Januari 2012

No comments:

Post a Comment