Pages

Wednesday, January 4, 2017

Kurikulum Pendidikan, Metode Mengajar dan Pendidikan Perempuan Abad 18-20

Salam Cerdas…..

Tujuan pendidikan adalah mendidik akal dan jiwa dan menyampaikan kepada batas-batas kemungkinan seseorang mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Tujuan pendidikan demikian diwujudkan dalam seperangkat kurikulum sejak dari tingkat dasar sampai ke tingkat atas. Kurikulum tersebut adalah:

a.   Kuriklum al-Azhar
Kurikulum perguruan tinggi al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu. Dalam hal ini, ia memasukkan ilmu filsafat, logika dan ilmu pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar output-nya dapat menjadi ulama modern.

b.   Tingkat Sekolah Dasar
Abduh beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah mulai semenjak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti semua mata pelajaran. Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama Islam merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki kepribadian muslim, rakyat Mesir akan memiliki jiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup yang lebih baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

c.   Tingkat Atas
Upaya yang dilakukan Abduh dengan mendirikan sekolah menengah pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan lainnya. Melalui lembaga pendirikan ini, Abduh meras perlu untuk memasukkan beberapa materi, khususnya pendirikan agama, sejarah Islam, dan kebudayaan Islam. Sedangkan di madrasah-madrasah yang berada di bawah naungan al-Azhar, Abduh mengajar ilmu mantik, falsafah, dan Tauhid.

Ketiga paket kurikulum ini merupakan gambaran umum dari kurikulum pelajaran agama yang diberikan dalam setiap tingkat. Dengan demikian, dalam bidang pendidikan formal Muhammad Abduh menekankan pemberian pengetahuan pokok, yaitu fikh, sejarah Islam, akhlak dan bahasa. Dalam bidang metode mengajar ia pun membawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu. Penerapan metode hapalan yang selama ini dipakai diganti dengan metode diskusi yang memberikan ruang untuk murid-murid dapat mengembangkan daya nalarnya.

Perbaikan yang dilakukan Muhammad Abduh dalam bidang pendidikan dengan mengadakan perbaikan terhadap sistem pendidikan di Universitas Al-Azhar. Dengan mengadakan pembaharuan melalui Al Azhar maka dunia pendidikan Islam akan mengikutinya, sebab menurut pertimbangannya, al-Azhar merupakan lambang dan panutan pendidikan Islam di Mesir dan dunia Islam pada umumnya ketika itu.  Dan kegiatan itu dilakukan sekitar tahun 1985. Sayangnya karena kepentingan politik, Abbas Helmi yang menjadi penguasa Mesir (Chedevi) ketika itu mengubah pendirinya, hingga usaha Muhammad Abduh kandas di tengah jalan.

Memperbanyak sekolah-sekolah Barat akan sama artinya dengan menyamai pengaruh Barat hingga umat akan cenderung meneladani adat istiadat asing. Pembuatan meniru serupa itu akan memperlemah dan memadamkan semangat rakyat serta akan membuka pintu bagi kekuasaan asing yang ditiru itu masuk ke negeri-negeri Islam. Maka obat satu-satunya adalah menurut Muhammad Abduh adalah dengan cara mengeluarkan paham-paham asing dan salah itu dari tubuh Islam.

Pemikiran Muhammad Abduh, tentang pendidikan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Pemikiran Muhammad Abduh yang disebar luaskan melalui tulisannya di majalah Al Manar dan Urwat Al Wusqa menjadi rujukan bagi tokoh pembaharu dalam dunia Islam, hingga di berbagai dunia Islam muncul gagasan dengan mendirikan sekolah-sekolah dengan menggunakan kurikulum yang dirintis Abduh.

Sama halnya dengan Abduh, Dalam lapangan pendidikan, Ridha juga sangat antusias mendung program Abduh yang melakukan pemasukan ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga pendidik milik umat Islam. Menurutnya, Barat maju sekarang ini karena ditopang oleh penguasaan mereka atas iptek. Bagi ummat Islam menguasai Iptek tidak bertentangan. Umat Islam di zaman klasik dapat maju karena memiliki iptek, sekarang kalau ummat Islam menguasainya, sama saja mengambil milik mereka yang telah hilang. Jadi dengan menguasai iptek merupakan suatu langkah positif. Untuk itu, kedua tokoh ini memandang pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar untuk membawa umat Islam mengejar ketertinggalan dengan bang-bangsa Barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemikirannya yang lain adalah tentang pendirikan wanita. Menurutnya wanita haruslah mendapat pendidikan yang sama dengan laki-laki. Katanya wanita haru dilepas dari rantai kebodohan, maka dari itu ia perlu diberikan pendirikan. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah al-Baqarah: 228, dan surah al-Ahzab: 35 dalam pandanan Abduh ayat tersebut mensejajarkan lelaki dan wanita dalam hal mendapatkan keampunan dan apabila yang diberikan Allah atas perbuatan yang sama, baik yang bersifat keduniaan maupun agama.

Dalam pendirikan non formal Muhammad Abduh melihat perlunya campur tangan pemerintah terutama dalam hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas mereka yang utama adalah:
a.   Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar.
b.  Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau yang belum mereka ketahui.
c.   Meniupkan ke dalam jiwa mereka cinta pada negara, tanah air, dan pemimpin.

Di luar pendidikan formal pun, Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari ilmu-ilmu yang datang dari Barat. Di samping itu Abduh pun menggalakkan umat Islam mempelajari ilmu-ilmu modern.

No comments:

Post a Comment